Ma Huan adalah penerjemah dalam perjalanan ekspedisi laksamana Cheng-Ho. Dia mengikuti 3 dari 7 ekspedisi Cheng Ho dan membuat catatan petualangannya ke negri-negri yang dikunjungi. Kumpulan catatan-catatan tersebut berjudul Ying-Yai Sheng-Lan dengan catatannya yang terakhir bertarik 1433 Masehi.
Pendahuluan yang ditulis sendiri dalam catatannya oleh Ma Huan tahun 1416 adalah: ".... tahun ke sebelas Kaisar Yung Lo, Kaisar menerbitkan maklumat kekaisaran kepada kasim Cheng Ho untuk memimpin kapal angkut harta dan berlayar di laut barat demi membacakan perintah kaisar dan memungut upeti. Aku turut serta sebagai penerjemah kemanapun ekspedisi ini pergi, tak terhitung jutaan li, berbagai negeri dengan beda iklim, musim, topografi dan penduduk. Aku melihat keragaman ini dengan mata sendiri dan menjalaninya sendiri dengan kakiku. Pengalaman ini membuatku percaya bahwa buku berjudul "A Record of The Islands and Their Barbarians" bukan bikinan, bahkan lebih banyak lagi keanehan dan keajaiban yang bisa disaksikan. Maka aku menulis penampilan orang-orang asing ini setiap negerinya, adat istiadat mereka dan membuka wawasan pembaca nantinya seberapa jauh pengaruh Kaisar kita dibandingkan dengan dinasti-dinasti sebelumnya."
Di dalam bab berjudul "The Country of Chao-Wa (Java)" Ma Huan menulis :
Negeri ini dulu disebut She-pó. Memiliki empat kota besar tanpa tembok kota dan suburban area (kota di masa Dynasty Ming biasanya dikelilngi tembok dan suburban area adalah rumah penduduk diluar perimeter tembok kota- alias luar kota/pinggiran). Kapal asing selalu berlabuh pertama kali di kota bernaman Tu-pan (Tuban), lanjut ke New Village / Kota Baru (Gresik), Su-lu-ma-i (Surabaya) dan terakhir kota bernama Man-che-po-i (Majapahit) dimana raja tinggal.
Perhatikan bahwa setiap nama kota yang ditulis diatas memiliki catatan kaki yang cukup panjang untuk meyakinkan pembaca bahwa terjemahan China ini memang artinya kota-kota yang dimaksud itu (salah satunya Surabaya).
Catatan bergulir lebih ke arah tradisi di kota raja (Majapahit). Secara khusus Surabaya mendapat sorotan sbb:
Dari New Village (Gresik) setelah berlayar kurang lebih dua puluh li ke selatan, kapal mencapai Su-lu-ma-i. Orang lokal menyebutnya Su-erh-pa-ya. Di estuari sungai air yang mengalir adalah air tawar. Dari sini kapal besar tidak bisa masuk dan kita harus menggunakan kapal kecil.
Di estuary (maura) sungai (Kali mas) terdapat sebuah pulau kecil yang lebat hutannya, dimana terdapat ribuan monyet berekor panjang. Satu monyet hitam tua besar menjadi pemimpin kawanan monyet ini, monyet ini selalu didampingi seorang wanita tua lokal. Kepercayaannya, wanita yang mandul boleh memberikan sesaji ke monyet ini. Sajian nasi, anggur-arak, buah-buahan atau kue-kue. Jika monyet itu senang, maka sajian itu akan dimakan dan jika monyet itu berkenan monyet itu akan mencari pasangan dan bersenggama setelah memakan sesajen (unsur ini harus ada) maka wanita mandul itu doanya akan terjawab. Jika salah satu dari syarat penampakan itu tidak ada maka wanita itu tetap tidak akan mendapatkan anak. Sungguh menarik!
Negeri ini memiliki tiga jenis kelas penduduk. Pertama adalah kaum muslim yang datang dari Barat dan bermigrasi sebagai pedagang. Mereka ini berpakaian rapi dan makan makanan yang bersih dan layak.
Catatan kaki untuk penduduk muslim ini sbb: Di jaman Ma Huan kaum ini tidak memiliki kekuatan politik (1433) tapi telah menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Hindu-Jawa sebelum tahun 1500. Kekuatan Islam ini berhasil menghancurkan Kerajaan Majapahit antara 1513 - 1528.
Kelas kedua adalah orang-orang Tang, orang-orang China dari Kuang Tung, Chang Chou dan Chuan Chou yang melarikan diri dari China dan tinggal di negeri ini. Kaum ini juga berpakaian bersih dan makan makanan pilihan. Sebagian besar dari mereka menganut agama Islam dan turut berpuasa.
Catatan: kita sering mendengar orang China menyebut dirinya Teng Lang / Tang Lang yang artinya orang-orang Tang. Maksudnya orang China dari Dynasty Tang (618-907), dynasty yang berjaya dan begitu dibanggakan orang China.
Kelas ketiga adalah orang-orang asli yang berpenampilan jelek dan wajahnya aneh. Mereka tidak mengenakan sandal, rambut awut-awutan dan menyembah berhala. Negeri ini boleh dibilang negeri setan yang ditulis di buku-buku Budha. Mereka makan ular, semut dan berbagai jenis serangga. Mereka memelihara anjing dan tidur bersama anjing mereka dalam satu ruangan, bahkan anjing itu makan dari peralatan makan yang sama dengan tuannya.
Catatan kaki : Sejarawan bernama Majumdar menilai deskripsi Ma Huan untuk kaum ketiga ini hanya cocok untuk penduduk primitif yang belum terpengaruh tradisi Hindu. Sepertinya Ma Huan tidak memiliki pengetahuan cukup tentang kerumitan tradisi Indonesia dengan kelas penguasa, aritokrat dan komunitas-komunitasnya.
Tanpa catatan kaki yang mengacu pada Majumdar ini, pembaca buku Ma Huan akan mempertanyakan penggambaran novel atau film tentang era itu. Ken Arok dan Ken Dedes dalam buku Arok Dedes nya Pramoedya Ananta Toer ikut golongan yang mana? Imajinasi ulang juga harus direkayasa dalam membaca buku-buku seperti Senopati Pamungkas, Bumi Majapahit bahkan dalam mendengarkan serial sandiwara radio Tutur Tinular dan Saur Sepuh.
Ma Huan juga menulis binatang-binatang dan buah-buahan yang dilihatnya. Catatan lain yang menarik berkaitan dengan bambu (runcing?) di Mojopahit yang agak seram untuk diceritakan. Acara "Kontes Tombak Bambu" ini juga memberi gambaran menarik untuk para pecinta numismatik khususnya koin sebab keluarga kontestan yang malang (tewas) mendapat hadiah koin emas dari raja. Ma Huan juga melihat peredaran koin gobog dari China yang meluas, koin-koin China dari berbagai Dynasty. Ma Huan juga menulis bahwa Kerajaan Majapahit memberikan upeti setiap tahun ke Kaisar China.
Buku ini menjadi catatan yang unik bagi para sejarawan yang menggeluti era pra-kolonialisme di Asia Tenggara dan Selatan. Ma Huan membuat deskripsi tentang Vietnam, Jawa, Palembang, Siam, Malaka, Aru-Deli, Aceh, Ceylon, Nicobar-kep Andaman, Kalikut, Maladewa, Aden, Bengal, Hormuz dan Mekah. Nilai sejarah buku ini bertambah dengan dimasukannya semua catatan sejarawan lain yang menekuni catatan-catatan China seperti Groeneveldt, Rockhill, Duyvendak, dll. Kehati-hatian dalam menyajikan terjemahan ini mewariskan semangat ideal sejarawan dalam menyajikan argumentasi sejarah; untuk terjemahan judul Ying-Yai Sheng Lan saja editor menampilkan ekspresi sejarawan lain. Kehati-hatian ini berkaitan dengan evolusi makna huruf-huruf China yang terus berlanjut. Editor dan penulis catatan di buku ini bukan hanya menerjemahkan namun membandingkan satu literatur dengan yang lain sehingga deskripsi Ma Huan sendiri di adu. Yang sekiranya tidak bisa dikoroborasi dengan sumber lain diberi catatan juga. Sebuah contoh karya yang menjadi model klasik para sejarawan.
Satu hal yang perlu dicatat juga disini adalah tentang peta laut China yang nantinya akan dibahas tersendiri. Peta laut China yang unik ini menjadi panduan pelayaran laut jauh sebelum penjelajah Eropa "belajar berenang". Sepertinya setiap kaum pelaut memiliki metode sendiri dalam memetakan lautan, keunikan metode ini hanya bisa kita kagumi sekarang jika kaum pelaut itu menulis (bagaimana peta laut kaum pelaut Bugis?). Dalam tetralogi Andrea Hirata, kita membaca metode baca langit yang dipelajari Ikal, sebagai pembanding kita melihat peta laut China berikut.
Buku ini membuka banyak lubang kosong dalam pengetahuan kita.
Catatan berharga tentang negeri-negeri Asia sebelum Portugis datang hanya mengandalkan catatan dari negeri bambu ini. Catatan dalam negeri sendiri harusnya ada, tapi catatan orang asing memberikan ekstra dimensi yang sangat berharga untuk (nantinya) pembanding. Orang asing memiliki minat yang lebih dari sekedar politik. Tujuan penulisannya juga berbeda agenda dengan catatan penulis dalam negeri seperti para Mpu-Mpu kerajaan.
3 comments:
Siapa yang dimaksudkan dengan penduduk kelas pertama iaitu orang Islam dari barat?
Kerajaan mana yang dimaksudkan dengan Barat?
Terima kasih.
Bagus tulisannya. Saran saya segera dibukukan.
Kami bisa bantu membukukan tulisan baik untuk tes pasar, koleksi pribadi, dijual massal, dan lainnya. Buku-buku yang kami hasilkan sama seperti buku yang dijual di Gramedia. Segera cetak naskah Anda menjadi buku profesional dan laik jual.
Jangan khawatir belum design, layout, edit karena kami bisa membantu desain naskah Anda sehingga dapat menjadi buku yang ciamik dan bernilai jual. Kerennya lagi, kami bisa cetak satuan lho!
Hub kami:
WA: 0877-67866622
Email: heryamedia@gmail.com
Web: http://www.heryamedia.net
Primitif 😂
Post a Comment