Diponegoro Ternyata Tidak ditawan Belanda



     Kawan pembaca pasti sudah tahu betul riwayat hidup Pangeran Diponegoro mulai dari kelahiran, perjuangan, hingga kematiannya. Dari SD hingga kuliah kita banyak membaca perihal sang 'Raja Tanpa Mahkota' yang gagah berani ini. Tahukah pembaca, bahwa ternyata buku sejarah yang kita pelajari selama ini tidak benar. Pangeran Diponegoro ternyata tidak pernah tertangkap Belanda apalagi sampai diasingkan hingga meninggal di Manado.
     Ceritanya begini: saat Belanda menawarkan perundingan, Pangeran Diponegoro tahu bahwa ia akan dijebak sehingga ia mengutus salah seorang bawahannya yang bernama Joko Matturi yang orang Madura untuk menyamar sebagai dia, mengenakan pakaiannya, bahkan mengerahkan para pembantu-pembantunya untuk mendukung sandiwara ini. Alkisah beliau lolos dan melarikan diri ke Madura hingga akhir hayat. Mengapa Madura? ya karena ibunda Pangeran Diponegoro adalah adik sultan Sumenep kala itu. Jadi sang pangeran ini sangat cerdik bersiasat. Hebat bukan......
     Tapi tunggu dulu, cerita di atas ini belum teruji secara akademis dan belum didukung data-data dan penelitian yang memadai. Jadi mohon jangan langsung dianggap benar.
     Kaget sekali saat pertama kali saya membaca kisah ini. Saya sangat menikmati cerita-cerita konspiratif semacam ini. Waktu itu saya sedang membaca postingan seorang anggota grup Jejak Kisah Sejarah di Facebook tentang malangnya nasib Madura yang sepanjang sejarahnya tidak pernah mempunyai kedaulatan penuh sebagai suatu negara/ pemerintahan yang berkuasa. Madura yang gersang hanya mampu menjadi kadipaten atau negara boneka yang diprakarsai Van Mook sesudah perang kemerdekaan. Belakangan malah melorot lagi statusnya hanya menjadi negara bagian dalam RIS, itupun cuma bertahan 7 bulan lamanya. Pembaca bisa menelusuri artikel yang saya maksudkan ini di tautan ini.
     Artikel ini sontak memantik penolakan dari seorang pembaca bernama Rustamadji Indrakusuma. Setelah saya lihat, pak Rustam ini tampaknya masih keturunan darah biru dari Madura dan mengetahui banyak hal tentang daerah asal beliau ini. Dalam kolom komentarnya, pak Rustam menyanggah bahwa Madura tidaklah sekecil itu. Akibat adanya pertalian darah antar penguasa dari Jawa dan Madura, dan juga sikap ksatria yang bijaksana, sebenarnya Madura adalah wilayah berdaulat meskipun tidak harus menjadi kerajaan yang besar sekali.
     Tidak sampai di situ, pak Rustam juga menunjukan seberapa banyak pengetahuan beliau dengan menyinggung isu tentang riwayat Pangeran Diponegoro sebagaimana saya tulis di atas.
     Benar tidaknya sekali lagi masih harus dibuktikan dengan uji akademis dan penelitian yang tidak main-main. Paling tidak anda harus beradu argumen dengan Peter Bryan Ramsey carey, atau yang populer dikenal sebagai Peter Carey, sejarawan asal Inggris yang mengabdikan dirinya meneliti Perang Jawa dan banyak aspek kehidupan Pangeran Diponegoro selama 40 tahun.
     Oh iya, saya hampir lupa. Sudah banyak penelitian Peter Carey yang telah menjadi teks referensi para sejarawan dan akademisi seluruh dunia. Wuih..... :-)

   

Agung Setya Nugraha

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments: